Sabtu, 30 Juni 2012

KOTA LIVIA

0 komentar
Cerpen Koran Tempo, 24 Juni 2012 – oleh Pierre Mejlak KALI ini Livia membangun sebuah kota. Ini kota pertama setelah sebelumnya dia membuat sebelas pulau berturut-turut yang kini dikumpulkannya di dalam sebuah wadah merah lembut yang dia ambil dari laci di samping ranjangnya ketika ayahnya pergi minum kopi pada petang hari meninggalkannya sendirian. Livia mengeluarkan sebuah peta dan menunjuk suatu tempat di dalamnya. Nah, kini dia ...
Baca selengkapnya →

MENARI DI DAYUNG SENJA

0 komentar
Cerpen Inilah Koran, 24 Juni 2012 – oleh Ana Marliana DEBURAN ombak yang saling berkejaran dihempas angin seolah sepasang sejoli yang sedang memadu cinta di malam pertamanya. Mereka berpadu dengan mesra. Saling berjabat, saling menyentuh, bersenda gurau, tertawa riang, bahkan seolah berbaring bersama dan masuk dalam mimpi indah bersama-sama pula. Di bibir pantai senja itu, terdampar sebuah perahu nelayan. Perahu yang ikut menari ...
Baca selengkapnya →

BUNUH DIRI

0 komentar
Cerpen Suara Merdeka, 24 Juni 2012 – oleh Kun Himalaya Badrowi hendak bunuh diri. Sudah berkali-kali dicobanya. Sekali, hendak diputusnya kontrak kehidupan pada seutas tali. Sayangnya, dahan yang disangkanya liat tak kuasa menahan tubuhnya. Dahan itu patah menjadi dua. Lain waktu Badrowi meminum baygon. Ketika cairan mematikan itu telah mulus melewati kerongkongannya, istrinya memergoki. Istrinya histeris dan berteriak-teriak macam ...
Baca selengkapnya →

LELAKI MASA SILAM

0 komentar
Cerpen Waspada, 24 Juni 2012 – oleh Ratna Sari Mandefa Mungkin surat ini tak akan pernah sampai padamu. Mungkin pula tidak akan berarti apa-apa. Tapi biarlah kuungkapkan pada kelengangan di antara kita. Aku kian menyadari bahwa selama ini aku menggantungkan kebahagiaan di seutas tali yang amat rapuh. Aku yang selama ini telah menggadaikan nafasku di bening matamu. Akhirnya harus tersungkur kehilangan arah ketika mata itu tak jua ...
Baca selengkapnya →

HIKAYAT DALAM SAKU CELANA

0 komentar
Cerpen Sumatera Ekspres, 24 Juni 2012 – oleh Mashdar Zainal PERTAMA kalinya, secara tak sengaja, ketika aku hendak mencuci celana kotormu, aku menemukan sebuah koin berkerak di saku celanamu. Untuk sebuah koin karatan seperti itu, tentu saja aku tak perlu meminta izinmu untuk mengalihkan hak kepemilikannya. Itu hanya koin yang mungkin hendak kau berikan pada pengemis lalu kau lupa (atau barangkali, malah kau yang mengemis koin itu ...
Baca selengkapnya →