Cerpen Pikiran Rakyat, 1 Juli 2012 – oleh Didin D Basoeni
SETELAH
membersihkan debu kaca salah satu kendaraan di persimpangan jalan lalu menerima
uang lima ratus rupiah, Akum terus berlari ke pinggir toko. Semula akum akan
membersihkan kaca kendaraan lainnya. Tapi terasa badannya kedinginan, sebab
tertiup angin malam musim kemarauan yang sangat dingin. Di pinggir toko, lalu
Akum rnenghitung uang hasil belas kasihan dari membersihkan kaca kendaraan
sejak pukul 14.00 WIB siang sampai 20.00 WIB.
“Alhamdulillah...dapat
tiga ribu lima ratus rupiah...,” Akum bergumam sambil memasukkan uang yang
sudah dekil karena jarang dicuci.
“Seribu
rupiah buat ibuku sisanya untuk keperluan sekolah,” kata Akum sambil berdiri.
Tetapi ketika mau pergi, datang seorang anak lelaki seusia Akum yang juga
mencari belas kasihan dari penumpang kendaraan di pinggir jalan dengan cara
bernyanyi pake alat musik kaleng bekas tutup botol minuman yang dipaku ke papan
pendek yang dipegang tangannya.
“Kamu
dapat uang berapa Sid?” Tanya Akum kepada Wasid yang baru datang menemuinya.
“Lumayan
dapat empat ribu rupiah... Kum. Tapi pendapatan hari ini tidak akan diberikan
sebagian pendapatannya kepada Akum. Ketika dua anak lelaki itu sedang mengobrol,
datang lagi seorang anak wanita seusia Akum dan Wasid ikut kumpul dengan wajah
berseri-seri.
“Kum,
Sid, Nyai memperoleh hadiah..!”
“Hadiah..,
apa, Nyai?“ kata Akum dan Wasid berbarengan kepada Nyai yang jari tangannya meremas
sesuatu erat sekali.
“Lihat
di tangan Nyai ada tiga lembar uang lima ribu.”
“HadIah...
dari siapa... Nyai?“ Tanya Akum dan Wasid.
“Mula-mulanya
seperti biasa... Nyai bernyanyi di pinggir jendela salah satu kendaraan diiringi
kaleng bekas tutup botol minuman. Nahhh... beres Nyai bernyanyi, seorang wanita
tua yang kepalanya berjilbab, dari dalam kendaraan bertanya kepada Nyai,
tentang kehidupan sehari-hari dari orangtua Nyai. Karena pertanyaan serius dari
wanita berjilbab tersebut kemudian oleh Nyai di terangkan bahwa Nyai masih sekolah
tingkat SD. Hasil dari bernyanyi di pinggir jalan untuk membantu ibu dan keperluan
sekolah Nyai, seperti membeli buku dan lain-lain. Karena ditanya, Nyai pun menjelaskan
bahwa Nyai sudah tidak mempunyai ayah, sebab Bapak meninggal ketika bekerja di
salah satu perusahaan bangunan tertimpa besi beton. Nahhh... selesai Nyai bercerita;
wanita tua berjilbab dari dalam kendaraan mengusap kepala Nyai sambil memberi
lembaran uang. Ternyata uang tersebut tiga lembar, lima ribuaan….”
Menceritakan
ayah yang meninggal suara Nyai mendadak terharu. Karena Nyai ingat kepada almarhum
ayahnya.
Akum
dan Wasid merasakan pula bila ada yang menceritakan soal ayah suka sedih. Sebab
menurut Akum dan Wasid bila ayah mereka masih hidup, belum tentu harus mencari
naskah dl pinggir jalan seperti sekarang. Akum dan Wasid sama seperti Nyai
adalah anak yatim.
**
SEKALIPUN
rumah ketiga anak yatim tersebut tidak satu kampung; tetapi karena tiap hari
bertemu, dan mempunyai cita-cita yang sama yaitu ingin tamat sekolah tingkat
SD. Akum, Wasid, dan Nyai tampak seperti saudara sekeluarga; satu sama lain
saling saying menyayangi. Mereka bertiga tiap hari harus mencari nafkah di
pinggir jalan, untuk biaya sekolah dan membantu ibunya untuk keperluan hidup
mereka sehari-hari.. makan dan minum. Selesai mencari nafkah, sebelum pulang ke
rumah masing-masing, Akum, Wasid, dan Nyai, suka berkumpul di salah satu toko,
di bawah lampu jalan dekat pohon mahoni. Obrolan mereka bertiga pasti menceritakan
pendapatan hasil bekerja membersihkan kaca kendaran dan bernyanyi.
“Sebab
Nyai dapat hadiah lima belas ribu.... Akum dan Wasid akan ditraktir roti bakar,
supaya tidak kedinginan sebelum pulang ke rumah,” kata Nyai.
Setelah
membeli roti bakar mereka masuk ke pos kamling yang masih belum datang petugasnya.
Mereka lahap sekali memakan roti bakar panas dengan cuaca malam yang dingin. Malam
itu tanggal empat belas. Sebelah timur, sudah muncul bulan purnama yang
cahayanya memancar, menerangi pepohonan, atap rumah penduduk, berbagai kendaran
yang lalu lalang dijalan raya. Juga menerangi anak yatim Akum, Wasid, dan Nyai.
Cahaya
bulan purnama yang menerangi kepala anak yatim; terasa oleh mereka seperti elusan
tangan seorang ayah yang sayang terhadap anak-anaknya. Elusan sayang dari
seorang ayah, sudah lama sekali tidak dirasakan oleh ketiga anak yatim itu.
Hati mereka suka terharu, bila melihat tayangan di televisi, ada seorang anak
tiduran di pangkuan orangtuanya sambil dielus kepalanya, yang berlangsung di runah
orang kaya. Hati Akum, Wasid dan Nyai serta anak di seluruh dunia; tentu
mempunyai keinginan yang sama yaitu mempunyai orangtua yang penuh kasih sayang
terhadap anak-anaknya. Bila anak orang kaya ingin sekolah dari tingkat SD sampai
perguruan tinggi, tentu akan dibiayai orangtuanya; apalagi anaknya pintar dan
berkelakuan baik. Namun begitulah kehidupan; ada orang kaya dan ada orang
miskin. Kehidupan umat manusia sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan yang
Mahakuasa, seperti yang dialami oleh ketga anak yatim itu. Mereka sebenarnya
tidak ingin tiap hari setelah pulang sekolah harus mencari belas kasihan di
pinggir jalan untuk mendapatkan uang. Tapi mereka sadar, orangtuanya yang
tinggal ibunya bukan orang kaya.
**
SJNAR
bulan purnama tanggal 14 malam itu, semakin memancar menerangi alam raya. Tiga
anak yatim menatap bulan purnama dan tidak ada satu orang pun yang bicara. Tetapi
ketika ada seorang wanita tua lewat yang di dekat pos kamling; Wasid berkata
pelan-pelan.
“Bapa
dulu pernah bercerita kepadaku, katanya di bulan itu ada Nini Anteh,” ucap Wasid.
“Bapaku
juga pernah cerita tentang Nini Anteh di bulan,” kata Akum.
“Nyai
pun pernah mendengar dari ibuku, Nini Anteh di bulan itu kerjanya menenun
kain,” Kata Nyai menyambung cerita Wasid dan Akum.
‘Nahhh..
coba ceritakan oleh Nyai, Nini Anteh di bulan..” kata Akum dan Wasid. Sebab waktu
bapaknya cerita Nini Anteh. Akum dan Wasid masih anak-anak belum sekolah sehingga
lupa lagi cerita Nini Anteh di bulan itu.
“Nyai
mendengar cerita Nini Anteh di bulan. Kan sudah sekolah, jadi sekarang tentu masih
ingat ya? kata Akum dan Wasid.
“Cerita
Nini Anteh, menurut ibuku: karena bila bulan purnama tanggal 14 seperti
sekarang, ibu dan teman-temannya di kampung baik anak perempuan maupun laki-laki,
suka ‘mulan’ bermain di halaman rumah. Halaman rumah sudah bersih, karena
dibersihkan sejak siang hari.
Di bawah
sinar purnama, berbagai permainan dilakukan. Yaitu bermain galah, ucing-ucingan, emprak, congkak, dll….
Bila bermain sudah lelah, kemudian duduk berkumpul sambil bernyanyi.
“Nyanyiannya
bagaimana Nyai?” Tanya Akum dan Wasid.
“Kalau
tidak salah begini tapi nyanyiannya dalam bahasa Sunda. Hayu batur urang mulang. Da ayeuna caang bulan. Tuh di ditu diburuan.
Nu lening meunang nyapuan.”
Selesai
bernyanyi. Semua anak-anak berteriak-teriak, “Nini Anteh menta baju anyar” (Nini Anteh minta baju baru). Hal
karena katanya Nini Anteh di bulan membuat kain.
“Nahh...
begitulah ceritanya,” ucap Nyai sambil tersenyum. Akum dan Wasid pun ikut tersenyum.
Karena mereka tidak percaya di bulan ada Nini Anteh menenun kain.
“Tapi
kata ibuku, bila anak-anak sudah ‘mulan’ di bulan purnama lain minta baju baru,
beberapa hari kemudian suka memperoleh baju baru,” ucap Nyai.
“Baju
baru bukan dari Nini Anteh, tapi dari orangtuanya mereka tersindir. Pada malam
hari anak-anak berteriak-teriak minta baju baru ya?” kata Akum.
“Sekarang
biarpun ada bulan purnama, jarang anak-anak yang “mulan”; dan tidak ada
anak-anak yang minta baju baru kepada Nini Anteh. Sebab zaman sekarang baju baru
banyak di toko-toko, selain sudah banyak pabrik tekstil pakai mesin ya?” kata
Wasid.
“Zaman
sekarang yang sulit diperoleh duit. Tapi sulit itu untuk anak-anak seperti kita.
Bagi anak-anak yang orangtuanya kaya, jangankan minta uang untuk beli baju baru,
untuk beli sepeda, motor juga banyak yang diberi,” kata Akum.
“Sekarang
kita bertiga. Kepada Nini Anteh, minta duit saja, jangan minta baju baru ya?”
kata Nyai.
Seperti
ada yang rnemberi perintah, tiga anak yatim Akum, Wasid, dan Nyai yang berada
di pos kamling, secara bersama-sama berteriak sambil menatap bulan purnama.
“Nini
Anteh, Nini Anteh, minta uang untuk keperluan sekolah untuk beli buku, tas
sekolah, sepatu!”
Teriakan
tiga anak yatim tersebut seperti suara ajaib yang keluar dari pengeras suara.
Mengalahkan suara lainnya pada malam itu. Angin malam yang berhembus meniup
daun-daun pepohonan berhenti. Tiba-tiba dari angkasa ada cahaya memancar ke pos
kamling, lalu muncul seorang wanita tua.
“Selamat
malam cucuku. Nenek sangat bahagia sekali punya cucu seperti Akum, Wasid, dan
Nyai; yang mau bersusah payah mencari rezeki yang halal untuk menuntut ilmu.
Nini berdoa, semoga kalian bertiga berhasil mencapai cita-cita dan selamat di
dunia maupun di akhirat... maafkan nenek tidak bisa memberikan uang yang kalian
minta. Sebab nenek di Bulan tidak mencetak uang..... sekarang sudah malam,
pulanglah segera ke rumah masing-masing sebab ibumu sudah menunggu kalian di
rumah.
SEBULAN
kemudian. Akum, Wasid, dan Nyai di sekolahnya mendapat beasiswa dari pemerintah.
Sebab tiga anak yatim tersebut di sekolahnya masing-masing bisa meraih bintang
pelajar teladan. Selain mendapat predikat murid terpandai dalam belajar di
sekolahnya Akum, Wasid, dan Nyai juga pandai di bidang Iainnya serta
berkelakuan baik. Terhadap orangtua, guru di sekolah maupun kepada teman-temannya
serta masyarakat lainnya.***
Bale’endah, 26 Oktober 2011
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل